Belum pernah sedikitpun dibayangkan sebelumnya, singgah dan menjelajah sebuah kota yang menjadi wajah Negeri. Kota terpadat dan amat sangat multikultur, masyarakat global mengenalnya dengan sebutan New York.
Medio Agustus tahun lalu, ms Maasdam tengah menyelesaikan rangkaian New England Tour yang beredar mulai dari Montral, Kanada untuk kemudian singgah di beberapa kota di pesisir barat Kanada dan Amerika, seperti Halifax, Charlottetown, Bar Harbor, Boston, Rhode Island dan berakhir di Fort Lauderdale, Florida. Rangkaian tour selama delapan belas hari itupun turut membawa saya singgah di salah satu kota besar United States, yang dikenal dengan sebutan NYC atau New York City. Pukul delapan pagi waktu setempat, ms Maasdam telah merapatkan punggungnya di dermaga kota. Suasana yang cerah dan terik pagi itu di New York, seakan memberi tanda bahwa waktu beraktivitas warga kota telah dimulai.
- New York City adalah kota besar paling padat yang ada di daratan Amerika Serikat, total populasinya mencapai sembilan belas juta jiwa. Memadati wilayah seluas 17.400 km persegi yang terbagi menjadi lima borough, diantaranya The Bronx, Brooklyn, Manhattan, Queens dan State Island. Dari lima borough di NYC, Manhattan merupakan yang terpadat dan paling atraktif menurut pandangan saya.
Hal ini tidak mengherankan, banyak sightseeing yang dapat ditemui di Manhattan, seperti Empire State Building, sebuah gedung dengan 102 lantai menjulang tinggi di area Midtown Manhattan, tepatnya di persimpangan Fifth Avenue dan West 34th Street. Dan sang ikon kota, Times Square pun terletak di Manhattan. Sebuah kawasan paling populer di dunia, yang menjadi tujuan saya melancong hari itu di New York City.
Waktu menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit, dan langkah kaki telah menuju gate out dermaga New York. Sebelumnya, saya telah search jalan tercepat menuju Times Square, yang memakan kurang lebih lima belas menit waktu perjalanan. Bergegas saya menyusur jalanan W 50th Street selama sepuluh menit, hingga tiba di persimpangan W 50th Street Broadway Street. Dari situ lalu berbelok kanan menuju Broadway Street, dimana disini sudah terlihat gedung - gedung pencakar langit dengan layar videotron ultra size yang memanjakan mata para pedestrian. Saat berjalan di Broadway Street banyak saya temui theatre - theatre di sepanjang jalan, sehingga tak mengherankan jika kawasan ini dijuluki theatre district. Lima menit berjalan, Big Apple serta puluhan layar videotron yang bercahaya menjadi pemandangan spektakuler bagi mata saya. Ya, inilah epicentrum dari kota New York, pusat bisnis dan wajah dari Negara Adidaya Dunia, Amerika. Ada sedikit apresiasi yang timbul dalam diri saat menjejakan langkah disini, dimana sekali lagi, perjalanan dengan segala rumus misterinya, membawa saya pada apa yang ada dalam lubuk hati setahun lalu, sebuah mimpi untuk menjejak langkah di jantung New York City. Terkadang tak habis pikir bagaimana cara kerja mimpi, namun percayalah, ia ada jika kita memperjuangkannya, hasilnya pun selalu sama, sangat I S T I M E W A !
Times Square yang adorable ini tak boleh dilewatkan begitu saja, ber-swafoto dan mengabadikan gambar adalah suatu keharusan saat disana. Beberapa jepret pun terabadikan melalui layar tujuh inch dalam genggaman. Tak terasa waktu berlalu cepat hingga menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, dan saya putuskan untuk bergegas pulang kembali ke ms Maasdam sebelum pukul sebelas. Sebuah perjalanan singkat yang bermakna hari itu,
sekian guys Salam T R A V E L I N G.
Waktu menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit, dan langkah kaki telah menuju gate out dermaga New York. Sebelumnya, saya telah search jalan tercepat menuju Times Square, yang memakan kurang lebih lima belas menit waktu perjalanan. Bergegas saya menyusur jalanan W 50th Street selama sepuluh menit, hingga tiba di persimpangan W 50th Street Broadway Street. Dari situ lalu berbelok kanan menuju Broadway Street, dimana disini sudah terlihat gedung - gedung pencakar langit dengan layar videotron ultra size yang memanjakan mata para pedestrian. Saat berjalan di Broadway Street banyak saya temui theatre - theatre di sepanjang jalan, sehingga tak mengherankan jika kawasan ini dijuluki theatre district. Lima menit berjalan, Big Apple serta puluhan layar videotron yang bercahaya menjadi pemandangan spektakuler bagi mata saya. Ya, inilah epicentrum dari kota New York, pusat bisnis dan wajah dari Negara Adidaya Dunia, Amerika. Ada sedikit apresiasi yang timbul dalam diri saat menjejakan langkah disini, dimana sekali lagi, perjalanan dengan segala rumus misterinya, membawa saya pada apa yang ada dalam lubuk hati setahun lalu, sebuah mimpi untuk menjejak langkah di jantung New York City. Terkadang tak habis pikir bagaimana cara kerja mimpi, namun percayalah, ia ada jika kita memperjuangkannya, hasilnya pun selalu sama, sangat I S T I M E W A !
Times Square yang adorable ini tak boleh dilewatkan begitu saja, ber-swafoto dan mengabadikan gambar adalah suatu keharusan saat disana. Beberapa jepret pun terabadikan melalui layar tujuh inch dalam genggaman. Tak terasa waktu berlalu cepat hingga menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, dan saya putuskan untuk bergegas pulang kembali ke ms Maasdam sebelum pukul sebelas. Sebuah perjalanan singkat yang bermakna hari itu,
sekian guys Salam T R A V E L I N G.
Post a Comment
Post a Comment